Jumat, 09 Oktober 2015

REKOMENDASI WISATA KULINER


Wisata Kuliner Menarik di JABODETABEK


            Banyak tempat wisata kuliner menarik yang terdapat di JABODETABEK. Apalagi belakangan ini banyak restaurant, cafe dan tempat makan sekaligus hang-out yang baru dibangun yang semakin menarik perhatian anda untuk mendatangi dan mencicipi menu hidangannya.  Seperti salah satu wisata kuliner yang satu ini yang terletak di pinggir kota Jakarta Selatan, lebih tepatnya Pondok Cabe.

            Tempat ini bernama Eat Republic. Tempat ini dibangun pada bulan April tahun 2015. Tempat ini bisa dibilang bernuansa vintage. Tempatnya yang teduh membuat pengunjung ingin berlama-lama disana. Seperti namanya, Eat Republic seperti negara makanan yang menyediakan banyak menu makanan dari makanan nusantara sampai makanan ala western pun ada di tempat ini. Setidaknya terdapat 700 masakan, dimana 90 persennya adalah masakan Nusantara. Eat Republic membantu melestarikan masakan Nusantara. Meskipun tempat ini baru, namun Eat Republic terbukti reccommended karena di dalamnya terdapat pesan-pesan dan tanda tangan artis-artis Indonesia dari pakar kuliner, Bondan Winarno. Di dalamnya bukan hanya berisi tempat untuk kuliner saja tetapi juga ada area bermain untuk anak-anak, live music, dan juga toko yang menjual berbagai barang-barang jadoel seperti radio, termos, rantang dan lain-lain yang tren pada abad 19. Bahkan mainan dan majalah anak-anak yang anda pasti pernah memainkannya di masa kecil. Jadi, jika anda suka mengoleksi barang yang sudah termasuk antik, anda bisa membelinya di sini. Fasilitas yang disediakan di tempat ini antara lain, smoking area, free WiFi, dan untuk kalian yang membawa gadget jangan takut kehabisan baterai karena disini terdapat tempat untuk men-charge­ ­gadget kalian.

            Eat Republic buka dari jam 10.00-22.00 untuk hari senin-jumat, 10.00-00.00 pada hari sabtu, dan 07.00-00.00 pada hari minggu. Jika anda pertama kali datang ke sini anda harus mengunjungi booth ‘CASHIER’ untuk membuat kartu anggota supaya bisa melakukan transaksi ketika membeli makanan. Ya, di sini sistemnya menggunakan member card. Anda akan ditawarkan 2 jenis kartu, yang permanen atau yang reguler. Dua-duanya sama-sama gratis untuk pembuatannya, dengan minimal pengisian saldo 10ribu. Harga makanan di sini relatif standar tidak murah tidak juga mahal, mulai dari 25ribu-45ribu karena disesuaikan juga dengan fasilitas yang ada di dalamnya. 

SEJARAH KERAJAAN KALINGGA


KERAJAAN KALINGGA

Sejarah Kerajaan Kalingga dimulai pada abad ke-6 dan merupakan sebuah kerajaan dengan gaya India yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah. Belum diketahui secara pasti dimana pusat kerajaan ini berada, tapi beberapa ahli memprediksikan bahwa tempatnya ada di antara tempat yang sekarang menjadi Pekalongan dan Jepara. Tidak banyak yang dapat diketahui dari kerajaan ini karena sumber sejarah yang ada juga hampir nihil dan mayoritas catatan tentang sejarah kerajaan Kalingga didapat dari kisah-kisah Tiongkok, cerita turun-temurun rakyat sekitar, dan Carita Parahyangan yang menceritakan tentang Ratu Shima serta kaitan ratu tersebut dengan kerajaan Galuh. Ratu Shima juga dikenal karena peraturannya yang kejam dimana siapapun yang tertangkap basah mencuri akan dipotong tangannya.

Awal Mula Berdirinya Kerajaan Kalingga
Awal Berdirinya Kerajaan Kalingga diperkirakan dimulai pada abad ke-6 hingga abad ke-7. Nama Kalingga sendiri berasal dari kerajaan India kuno yang bernama Kaling, mengidekan bahwa ada tautan antara India dan Indonesia. Bukan hanya lokasi pasti ibu kota dari daerah ini saja yang tidak diketahui, tapi juga catatan sejarah dari periode ini amatlah langka. Salah satu tempat yang dicurigai menjadi lokasi ibu kota dari kerajaan ini ialah Pekalongan dan Jepara. Jepara dicurigai karena adanya kabupaten Keling di pantai utara Jepara, sementara Pekalongan dicurigai karena masa lalunya pada saat awal dibangunnya kerajaan ini ialah sebuah pelabuhan kuno. Beberapa orang juga mempunyai ide bahwa Pekalongan merupakan nama yang telah berubah dari Pe-Kaling-an.
Pada tahun 674, kerajaan Kalingga dipimpin oleh Ratu Shima yang terkenal akan peraturan kejamnya terhadap pencurian, dimana hal tersebut memaksa orang-orang Kalingga menjadi jujur dan selalu memihak pada kebenaran. Menurut cerita-cerita yang berkembang di masyarakat, pada suatu hari seorang raja dari negara yang asing datang dan meletakkan sebuah kantung yang terisi dengan emas pada persimpangan jalan di Kalingga untuk menguji kejujuran dan kebenaran dari orang-orang Kalingga yang terkenal. Dalam sejarahnya tercatat bahwa tidak ada yang berani menyentuh kantung emas yang bukan milik mereka, paling tidak selama tiga tahun hingga akhirnya anak dari Shima, sang putra mahkota secara tidak sengaja menyentuh kantung tersebut dengan kakinya. Mendengar hal tersebut, Shima segera menjatuhkan hukuman mati kepada anaknya sendiri. Mendengar hukuman yang dijatuhkan oleh Shima, beberapa orang memohon agar Shima hanya memotong kakinya karena kakinya lah yang bersalah. Dalam beberapa cerita, orang-orang tadi bahkan meminta Shima hanya memotong jari dari anaknya.
Dalam salah satu kejadian pada sejarah kerajaan Kalingga, terdapat sebuah titik balik dimana kerajaan ini terislamkan. Pada tahun 651, Ustman bin Affan mengirimkan beberapa utusan menuju Tiongkok sambil mengemban misi untuk memperkenalkan Islam kepada daerah yang asing tersebut. Selain ke Tiongkok, Ustman juga mengirim beberapa orang utusannya menuju Jepara yang dulu bernama Kalingga. Kedatangan utusan yang terjadi pada masa setelah Ratu Shima turun dan digantikan oleh Jay Shima ini menyebabkan sang raja memeluk agama Islam dan juga diikuti jejaknya oleh beberapa bangsawan Jawa yang mulai meninggalkan agama asli mereka dan menganut Islam.
Seperti kebanyakan kerajaan lainnya di Indonesia, kerajaan Kalingga juga mengalami ketertinggalan saat kerajaan tersebut runtuh. Dari seluruh peninggalan yang berhasil ditemukan adalah 2 candi bernama candi Angin dan candi Bubrah. Candi Angin dan Candi Bubrah merupakan dua candi yang ditemukan di Keling, tepatnya di desa Tempur. Candi Angin mendapatkan namanya karena memiliki letak yang tinggi dan berumur lebih tua dari Candi Borobudur . Candi Bubrah, di lain sisi, merupakan sebuah candi yang baru setengah jadi, tapi umurnya sama dengan candi Angin.

Kerjaan Kalingga Dalam Catatan Tionghoa
Kerajaan Kalingga dikenal juga dengan nama kerajaan Ho-ling oleh orang-orang Tionghoa. Menurut catatan bangsa Tionghoa, Ho-ling dipercaya muncul ketika terjadi ekspansi besar oleh dinasti Syailendra. Kisah tentang kerajaan Ho-ling mulai ditulis dalam kronik dinasti Tang yang ada pada tahun 618 hingga 906. Menurut kronik tadi, orang-orang Ho-ling dipercaya gemar makan hanya menggunakan tangan dan tanpa sendok maupun sumpit. Tertulis juga di kroik tadi bahwa para masyarakat Ho-ling suka mengonsumsi tuwak, sebuah sari buah yang difermentasikan. Ibu kota dari Ho-ling dikelilingi oleh pagar kayu, dan sang raja tinggal di sebuah istana berlantai 2 dan daun palma sebagai atapnya. Sang raja duduk pada sebuah kursi yang terbuat dari gading dan menggunakan keset yang terbuat dari bambu. Ho-ling juga diceratakan memiliki sebuah bukit yang ia namakan Lang-pi-ya. Beberapa sumber lain dari catatan Tionghoa menuliskan sebuah analisa tentang lokasi dari kerajaan Ho-ling ini. Ia menuliskan bahwa Ho-ling berlokasi di Jawa Tengah dan bahwa La-pi-ya menghadap ke arah samudra membuat lokasi Ho-ling jadi agak lebih mudah diketahui.
Raja atau ratu yang saat itu memegang kepala pemerintahan Ho-ling tinggal di kota bernama She-p’o, tapi Ki-yen kemudian memindahkan lokasi pemerintahan menuju P’o-lu-Chia-ssu. Menurut catatan, diperkirakan bahwa ada kebingungan yang meliputi masa-masa terakhir kerajaan Ho-ling atau Kalingga ini. Ada dua teori besar tentang hal ini, dimana teori yang pertama adalah ketika Sanjaya yang masih merupakan cucu dari Shima mengambil alih pemerintahan. Ia mengubah kerajaan Kalingga yang bercorak Buddha menjadi kerajaan Mataram yang memiliki corak hindu. Cerita lain tentang sejarah kerajaan Kalingga ialah tentang bagimana Patapan yang merupakan salah satu pangeran dari dinasti Sanjaya merebut kursi penguasa dan menjadi raja pada tahun 832, dimana Mataram terus menjadi pengemulasi aturan-aturan Sailendra.


DEFINISI DAN KONSEP GOTONG ROYONG



GOTONG ROYONG

     Gotong Royong merupakan istilah asli Indonesia dimana kata Gotong = Bekerja, dan Royong = Bersama.  Definisi Gotong Royong menurut kamus KBBI adalah bekerja bersama-sama, tolong-menolong, dan bantu-membantu. Gotong Royong dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan bersama-sama yang sifatnya sukarela agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar, terasa lebih mudah dan ringan. Seharusnya sikap atau kesadaran diri untuk Gotong Royong harus tertanam dalam setiap individu karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa melakukan semuanya sendirian dan terkadang membutuhkan orang lain bahkan banyak orang untuk membantunya mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain Gotong Royong merupakan dasar falsafah Indonesia. Sifat Gotong Royong  Adanya Gotong Royong dapat mempererat tali silaturahmi dan menimbulkan sikap kekeluargaan sehingga terbina rasa persatuan dan kesatuan nasional.
Menurut M. Nasroen sebagai Guru Besar Filsafat di Indonesia, konsep Gotong Royong telah ada sejak ribuan tahun silam di Indonesia. Konsep ini pula yang dipilih para penggerak bangsa untuk mempersatukan Indonesia merdeka. Salah satunya Bung Karno presiden pertama Republik Indonesia ini dalam gagasannya tentang Pancasila terinspirasi dari konsep Gotong Royong. Dalam bagian lain, menurut Soekarno dapat saja Pancasila itu diperas hingga menjadi satu dan kemudian dapat dikenal dengan sebutan Gotong Royong. Konsep gotong-royong ini merupakan konsep dinamis, bahkan lebih dinamis dari perkataan kekeluargaan. Sebab konsep gotong-royong ini menggambarkan suatu usaha, satu amal, satu pekerjaan secara bersama-sama. Gotong-royong adalah pembanting tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-bantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua dan kebahagiaan semua. Masuknya Agama Hindu Budha dan Islam, tak serta merta membuat tradisi ini lenyap begitu saja. Banyak acara-acara keagamaan yang malah disesuaikan dengan sikap kekeluargaan ini. Misalnya dalam acara tahlilan dan yasinan-yang merupakan akulturasi-semua warga berkumpul jadi satu untuk melaksakan ritual doa bersama yang secara langsung dapat menimbulkan keterikatan batin diantara mereka, hingga memunculkan sikap “ringan sama jinjing berat sama dipikul”.
Mngingat arus globalisasi yang kian lama kian merasuk dalam sendi-sendi kebudayaan, maka di butuhkanlah sikap idealisme dalam bersikap. Idealisme dalam hal ini yakni bersikap tetap berfikir susuai jati diri bangsa yakni kegotong-royongan, kekeluargaan. Kita tak bisa menahan arus globalisasi masuk, tapi kita tetap bisa menyesuaikan modernitas tersebut dengan budaya sendiri. Yang artinya kita tak boleh larut dalam euforia individualitas yang semakin marak belakangan ini.
Gotong Royong tidak hanya terjadi dalam suatu negara tapi terjadi juga dalam lingkup yang lebih universal seperti kondisi kehidupan bangsa-bangsa di dunia ini mengalami berbagai perbedaan potensi tingkat kehidupan. Kemakmuran dan kemiskinan berada dalam lingkup yang tiada batas (no limitation), perbedaan ini menyebabkan antarnegara saling tergantung dan membutuhkan dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya sehingga terjadi hubungan kerjasama diantara mereka.