Jumat, 09 Oktober 2015

DEFINISI DAN KONSEP GOTONG ROYONG



GOTONG ROYONG

     Gotong Royong merupakan istilah asli Indonesia dimana kata Gotong = Bekerja, dan Royong = Bersama.  Definisi Gotong Royong menurut kamus KBBI adalah bekerja bersama-sama, tolong-menolong, dan bantu-membantu. Gotong Royong dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan bersama-sama yang sifatnya sukarela agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar, terasa lebih mudah dan ringan. Seharusnya sikap atau kesadaran diri untuk Gotong Royong harus tertanam dalam setiap individu karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa melakukan semuanya sendirian dan terkadang membutuhkan orang lain bahkan banyak orang untuk membantunya mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain Gotong Royong merupakan dasar falsafah Indonesia. Sifat Gotong Royong  Adanya Gotong Royong dapat mempererat tali silaturahmi dan menimbulkan sikap kekeluargaan sehingga terbina rasa persatuan dan kesatuan nasional.
Menurut M. Nasroen sebagai Guru Besar Filsafat di Indonesia, konsep Gotong Royong telah ada sejak ribuan tahun silam di Indonesia. Konsep ini pula yang dipilih para penggerak bangsa untuk mempersatukan Indonesia merdeka. Salah satunya Bung Karno presiden pertama Republik Indonesia ini dalam gagasannya tentang Pancasila terinspirasi dari konsep Gotong Royong. Dalam bagian lain, menurut Soekarno dapat saja Pancasila itu diperas hingga menjadi satu dan kemudian dapat dikenal dengan sebutan Gotong Royong. Konsep gotong-royong ini merupakan konsep dinamis, bahkan lebih dinamis dari perkataan kekeluargaan. Sebab konsep gotong-royong ini menggambarkan suatu usaha, satu amal, satu pekerjaan secara bersama-sama. Gotong-royong adalah pembanting tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-bantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua dan kebahagiaan semua. Masuknya Agama Hindu Budha dan Islam, tak serta merta membuat tradisi ini lenyap begitu saja. Banyak acara-acara keagamaan yang malah disesuaikan dengan sikap kekeluargaan ini. Misalnya dalam acara tahlilan dan yasinan-yang merupakan akulturasi-semua warga berkumpul jadi satu untuk melaksakan ritual doa bersama yang secara langsung dapat menimbulkan keterikatan batin diantara mereka, hingga memunculkan sikap “ringan sama jinjing berat sama dipikul”.
Mngingat arus globalisasi yang kian lama kian merasuk dalam sendi-sendi kebudayaan, maka di butuhkanlah sikap idealisme dalam bersikap. Idealisme dalam hal ini yakni bersikap tetap berfikir susuai jati diri bangsa yakni kegotong-royongan, kekeluargaan. Kita tak bisa menahan arus globalisasi masuk, tapi kita tetap bisa menyesuaikan modernitas tersebut dengan budaya sendiri. Yang artinya kita tak boleh larut dalam euforia individualitas yang semakin marak belakangan ini.
Gotong Royong tidak hanya terjadi dalam suatu negara tapi terjadi juga dalam lingkup yang lebih universal seperti kondisi kehidupan bangsa-bangsa di dunia ini mengalami berbagai perbedaan potensi tingkat kehidupan. Kemakmuran dan kemiskinan berada dalam lingkup yang tiada batas (no limitation), perbedaan ini menyebabkan antarnegara saling tergantung dan membutuhkan dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya sehingga terjadi hubungan kerjasama diantara mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar