Jumat, 18 Desember 2015

TERRORISM



What is “terrorism”? Terrorism is any act designed to cause terror. In a narrower sense, terrorism can be understood to feature a political objective. The word terrorism is politically loaded and emotionally charged. “Terrorism" comes from the French word terrorisme. The definition of terrorism has proved controversial. Various legal systems and government agencies use different definitions of terrorism in their national legislation. Moreover, the international community has been slow to formulate a universally agreed, legally binding definition of this crime.
These difficulties arise from the fact that the term "terrorism" is politically and emotionally charged. The terms "terrorism" and "terrorist" (someone who engages in terrorism) carry strong negative connotations. These terms are often used as political labels, to condemn violence or the threat of violence by certain actors as immoral, indiscriminate, unjustified or to condemn an entire segment of a population. Those labeled "terrorists" by their opponents rarely identify themselves as such, and typically use other terms or terms specific to their situation, such as separatist, freedom fighter, liberator, revolutionary,vigilante, militant, paramilitary, guerrilla, rebel, patriot, or any similar-meaning word in other languages and cultures. Individual terrorists tend to be motivated more by a desire for social solidarity with other members of their organization than by political platforms or strategic objectives, which are often murky and undefined.
A growing issue worldwide, terrorism, has caused around 130,000 fatalities worldwide between 2006 and 2013. Terrorism can be described as the wrongful use of violence in order to intimidate civilians or politicians for ideological, religious, or political reasons with no regard for public safety. Although the number of terrorist attacks from 2006 to 2013 has decreased, there have been approximately 90,000 total terrorist attacks in this time period. Not only does terrorism have a massive social impact on the world, but it also has a tremendous global economic impact. The costs of terrorist attacks by insured property losses have cost the insurance industry billions over the past decade. The bombing of the London financial district in 1993 cost the insurance industry around 1 billion U.S. dollars. The relationship between domestic terrorism and democracy is very complex. Terrorism is most common in nations with intermediate political freedom, and is least common in the most democratic nations. However, one study suggests that suicide terrorism may be an exception to this general rule. Evidence regarding this particular method of terrorism reveals that every modern suicide campaign has targeted a democracy–a state with a considerable degree of political freedom. The study suggests that concessions awarded to terrorists during the 1980s and 1990s for suicide attacks increased their frequency.
There is also something called Religius Terrorism and Intimate Terrorism (IT). Religious terrorism is terrorism performed by groups or individuals, the motivation of which is typically rooted in faith-based tenets. Terrorist acts throughout history have been performed on religious grounds with the goal to either spread or enforce a system of belief, viewpoint or opinion. The validity and scope of religious terrorism is limited to the individual or a group view or interpretation of that belief system's teachings and Intimate terrorism (IT) may also involve emotional and psychological abuse. Intimate terrorism is one element in a general pattern of control by one partner over the other. Intimate terrorism is more likely to escalate over time, not as likely to be mutual, and more likely to involve serious injury. IT batterers include two types: "Generally-violent-antisocial" and "dysphoric-borderline". The first type includes people with general psychopathic and violent tendencies. The second type are people who are emotionally dependent on the relationship.  Violence by a person against their intimate partner is often done as a way for controlling their partner, even if this kind of violence is not the most frequent. Support for this typology has been found in subsequent evaluations.

Minggu, 15 November 2015

Pluralisme Sebagai Kekuatan Persatuan


Pluralisme yang merupakan pengertian dari keragaman memang merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia. Semakin banyak keragaman pada bangsa ini, semakin banyak pula budaya dan keindahan yang Indonesia miliki. Tetapi bukan berarti keragaman yang bangsa Indonesia miliki nilai negative dimata masyarakat. Nilai-nilai kearifan pluralisme yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, di mana semangat untuk menghormati orang lain merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat kita. Tanpa sikap saling menghormati rasanya mustahil untuk mendirikan dan membangun cita-cita di atas Indonesia ini.
Memiliki banyak keragaman memang bukan hal yang mudah untuk menyatukannya. Banyak sekali perbedaan yang harus diselaraskan agar terjadi keharmonisan dalam berbangsa dan bernegara. Indonesia adalah Negara dengan keragaman yang cukup banyak dari Sabang sampai Merauke, dengan keragaman bahasa, budaya, agama, serta suku yang terbagi-bagi di setiap provinsi. Walau tidak mudah menyatukan perbedaan yang ada, namun bangsa Indonesia merupakan bangsa yang selalu menjunjung rasa persatuan dan kesatuan serta menghargai perbedaan yang ada. Itulah mengapa bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa yang utuh, namun menyimpan banyak ragam indah didalamnya.
Dalam menyatukan pluralisme memang harus ada pengorbanan yang dikeluarkan agar tidak terjadi selisih paham dan perdebatan. Saling menghargai dan sikap tenggang rasa harus ditanamkan dari diri kita sendiri sehingga bangsa Indonesia tetap satu tanpa ada perpecahan. Seluruh masyarakat juga harus menjalin hubungan yang baik di setiap kondisi tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Dengan demikian, pemerintah tidak akan kewalahan dalam penanganan masalah hanya karena perbedaan di Indonesia menjadi sebuah konflik sosial.
Pluralisme memang merupakan keindahan yang bangsa Indonesia miliki. Jadi, tidak ada alasan untuk menjadikan perbedaan yang ada di Indonesia menjadi sebuah permasalahan yang akan menimbulkan perpecahan. Pluralisme di Indonesia adalah keragaman yang tidak akan pernah hilang dari bangsa Indonesia, karena keragaman yang Indonesia miliki adalah kunci utama ketertarikan warga Negara asing melirik Negara Indonesia. Yang paling utama, pluralisme memang tercipta untuk menyatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

What is Love?




Berbicara soal Cinta yang dalam bahasa Inggris disebut ‘Love’, pasti tidak asing lagi di telinga setiap manusia. Cinta itu indah. Cinta itu kebahagiaan. Cinta itu sempurna. Pengertian cinta bisa dibilang bersifat relatif karena sulit dibedakan batasan dan pengertiannya. Setiap orang pasti mempunyai pendapat yang berbeda mengenai Cinta.


Dalam Psikologi, Cinta dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :


1.      Cinta Karena Nafsu

Yaitu cinta yang mengakibatkan hubungan antar dua orang tidak terkontrol lagi, emosi sangat menguasai akal sehat seseorang sehingga perilaku seolah terjadi secara spontan untuk menjawab rangsangan emosi yang berlebihan.


2.      Cinta Pragmatis

yaitu cinta terjadi keseimbangan antara dua orang, ada rasa suka dan duka, serta  adanya timbal balik.


3.      Cinta Altruistik

biasanya terjadi pada seorang ibu kepada anaknya, cinta ini disertai kasih sayang yang tidak ada batasnya.


Cinta adalah suatu perasaan yang positif yang pasti dialami oleh semua makhluk hidup.  Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut. Arti atau makna cinta sendiri sangat luas karena  objeknya sangat banyak, bisa berupa makhluk hidup bahkan benda mati dan emosi dari cinta kepada setiap objek pasti berbeda. Contoh-contoh cinta yaitu :

  • Cinta kepada Tuhan
  • Cinta alam atau lingkungan
  • Cinta orang tua dan keluarga
  • Cinta kepada lawan jenis atau pasangan hidup
  • Cinta terhadap pekerjaan yang dimiliki
  • Cinta atas diri sendiri atau narcissism
  • Cinta terhadap bangsa dan negara
  • Cinta terhadap teman-teman
  • Dan lain-lain

Ada yang disebut dengan Cinta Sejati, menurut saya cinta sejati hanya ada dalam dua kategori, yaitu cinta orang tua kepada anaknya dan cinta Tuhan kepada umatnya. Berbeda dengan istilah ‘jatuh cinta’, jatuh cinta biasanya cenderung terjadi pada seseorang dengan lawan jenisnya yaitu timbulnya rasa ketertarikan, nyaman, ingin tau tentang kehidupannya, dan rasa ingin memiliki. Ada juga istilah ‘cemburu’ dalam hal cinta, yaitu rasa takut kehilangan orang yang dicintai, tanda kurang percaya diri dan penghargaan diri. 





Jumat, 09 Oktober 2015

REKOMENDASI WISATA KULINER


Wisata Kuliner Menarik di JABODETABEK


            Banyak tempat wisata kuliner menarik yang terdapat di JABODETABEK. Apalagi belakangan ini banyak restaurant, cafe dan tempat makan sekaligus hang-out yang baru dibangun yang semakin menarik perhatian anda untuk mendatangi dan mencicipi menu hidangannya.  Seperti salah satu wisata kuliner yang satu ini yang terletak di pinggir kota Jakarta Selatan, lebih tepatnya Pondok Cabe.

            Tempat ini bernama Eat Republic. Tempat ini dibangun pada bulan April tahun 2015. Tempat ini bisa dibilang bernuansa vintage. Tempatnya yang teduh membuat pengunjung ingin berlama-lama disana. Seperti namanya, Eat Republic seperti negara makanan yang menyediakan banyak menu makanan dari makanan nusantara sampai makanan ala western pun ada di tempat ini. Setidaknya terdapat 700 masakan, dimana 90 persennya adalah masakan Nusantara. Eat Republic membantu melestarikan masakan Nusantara. Meskipun tempat ini baru, namun Eat Republic terbukti reccommended karena di dalamnya terdapat pesan-pesan dan tanda tangan artis-artis Indonesia dari pakar kuliner, Bondan Winarno. Di dalamnya bukan hanya berisi tempat untuk kuliner saja tetapi juga ada area bermain untuk anak-anak, live music, dan juga toko yang menjual berbagai barang-barang jadoel seperti radio, termos, rantang dan lain-lain yang tren pada abad 19. Bahkan mainan dan majalah anak-anak yang anda pasti pernah memainkannya di masa kecil. Jadi, jika anda suka mengoleksi barang yang sudah termasuk antik, anda bisa membelinya di sini. Fasilitas yang disediakan di tempat ini antara lain, smoking area, free WiFi, dan untuk kalian yang membawa gadget jangan takut kehabisan baterai karena disini terdapat tempat untuk men-charge­ ­gadget kalian.

            Eat Republic buka dari jam 10.00-22.00 untuk hari senin-jumat, 10.00-00.00 pada hari sabtu, dan 07.00-00.00 pada hari minggu. Jika anda pertama kali datang ke sini anda harus mengunjungi booth ‘CASHIER’ untuk membuat kartu anggota supaya bisa melakukan transaksi ketika membeli makanan. Ya, di sini sistemnya menggunakan member card. Anda akan ditawarkan 2 jenis kartu, yang permanen atau yang reguler. Dua-duanya sama-sama gratis untuk pembuatannya, dengan minimal pengisian saldo 10ribu. Harga makanan di sini relatif standar tidak murah tidak juga mahal, mulai dari 25ribu-45ribu karena disesuaikan juga dengan fasilitas yang ada di dalamnya. 

SEJARAH KERAJAAN KALINGGA


KERAJAAN KALINGGA

Sejarah Kerajaan Kalingga dimulai pada abad ke-6 dan merupakan sebuah kerajaan dengan gaya India yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah. Belum diketahui secara pasti dimana pusat kerajaan ini berada, tapi beberapa ahli memprediksikan bahwa tempatnya ada di antara tempat yang sekarang menjadi Pekalongan dan Jepara. Tidak banyak yang dapat diketahui dari kerajaan ini karena sumber sejarah yang ada juga hampir nihil dan mayoritas catatan tentang sejarah kerajaan Kalingga didapat dari kisah-kisah Tiongkok, cerita turun-temurun rakyat sekitar, dan Carita Parahyangan yang menceritakan tentang Ratu Shima serta kaitan ratu tersebut dengan kerajaan Galuh. Ratu Shima juga dikenal karena peraturannya yang kejam dimana siapapun yang tertangkap basah mencuri akan dipotong tangannya.

Awal Mula Berdirinya Kerajaan Kalingga
Awal Berdirinya Kerajaan Kalingga diperkirakan dimulai pada abad ke-6 hingga abad ke-7. Nama Kalingga sendiri berasal dari kerajaan India kuno yang bernama Kaling, mengidekan bahwa ada tautan antara India dan Indonesia. Bukan hanya lokasi pasti ibu kota dari daerah ini saja yang tidak diketahui, tapi juga catatan sejarah dari periode ini amatlah langka. Salah satu tempat yang dicurigai menjadi lokasi ibu kota dari kerajaan ini ialah Pekalongan dan Jepara. Jepara dicurigai karena adanya kabupaten Keling di pantai utara Jepara, sementara Pekalongan dicurigai karena masa lalunya pada saat awal dibangunnya kerajaan ini ialah sebuah pelabuhan kuno. Beberapa orang juga mempunyai ide bahwa Pekalongan merupakan nama yang telah berubah dari Pe-Kaling-an.
Pada tahun 674, kerajaan Kalingga dipimpin oleh Ratu Shima yang terkenal akan peraturan kejamnya terhadap pencurian, dimana hal tersebut memaksa orang-orang Kalingga menjadi jujur dan selalu memihak pada kebenaran. Menurut cerita-cerita yang berkembang di masyarakat, pada suatu hari seorang raja dari negara yang asing datang dan meletakkan sebuah kantung yang terisi dengan emas pada persimpangan jalan di Kalingga untuk menguji kejujuran dan kebenaran dari orang-orang Kalingga yang terkenal. Dalam sejarahnya tercatat bahwa tidak ada yang berani menyentuh kantung emas yang bukan milik mereka, paling tidak selama tiga tahun hingga akhirnya anak dari Shima, sang putra mahkota secara tidak sengaja menyentuh kantung tersebut dengan kakinya. Mendengar hal tersebut, Shima segera menjatuhkan hukuman mati kepada anaknya sendiri. Mendengar hukuman yang dijatuhkan oleh Shima, beberapa orang memohon agar Shima hanya memotong kakinya karena kakinya lah yang bersalah. Dalam beberapa cerita, orang-orang tadi bahkan meminta Shima hanya memotong jari dari anaknya.
Dalam salah satu kejadian pada sejarah kerajaan Kalingga, terdapat sebuah titik balik dimana kerajaan ini terislamkan. Pada tahun 651, Ustman bin Affan mengirimkan beberapa utusan menuju Tiongkok sambil mengemban misi untuk memperkenalkan Islam kepada daerah yang asing tersebut. Selain ke Tiongkok, Ustman juga mengirim beberapa orang utusannya menuju Jepara yang dulu bernama Kalingga. Kedatangan utusan yang terjadi pada masa setelah Ratu Shima turun dan digantikan oleh Jay Shima ini menyebabkan sang raja memeluk agama Islam dan juga diikuti jejaknya oleh beberapa bangsawan Jawa yang mulai meninggalkan agama asli mereka dan menganut Islam.
Seperti kebanyakan kerajaan lainnya di Indonesia, kerajaan Kalingga juga mengalami ketertinggalan saat kerajaan tersebut runtuh. Dari seluruh peninggalan yang berhasil ditemukan adalah 2 candi bernama candi Angin dan candi Bubrah. Candi Angin dan Candi Bubrah merupakan dua candi yang ditemukan di Keling, tepatnya di desa Tempur. Candi Angin mendapatkan namanya karena memiliki letak yang tinggi dan berumur lebih tua dari Candi Borobudur . Candi Bubrah, di lain sisi, merupakan sebuah candi yang baru setengah jadi, tapi umurnya sama dengan candi Angin.

Kerjaan Kalingga Dalam Catatan Tionghoa
Kerajaan Kalingga dikenal juga dengan nama kerajaan Ho-ling oleh orang-orang Tionghoa. Menurut catatan bangsa Tionghoa, Ho-ling dipercaya muncul ketika terjadi ekspansi besar oleh dinasti Syailendra. Kisah tentang kerajaan Ho-ling mulai ditulis dalam kronik dinasti Tang yang ada pada tahun 618 hingga 906. Menurut kronik tadi, orang-orang Ho-ling dipercaya gemar makan hanya menggunakan tangan dan tanpa sendok maupun sumpit. Tertulis juga di kroik tadi bahwa para masyarakat Ho-ling suka mengonsumsi tuwak, sebuah sari buah yang difermentasikan. Ibu kota dari Ho-ling dikelilingi oleh pagar kayu, dan sang raja tinggal di sebuah istana berlantai 2 dan daun palma sebagai atapnya. Sang raja duduk pada sebuah kursi yang terbuat dari gading dan menggunakan keset yang terbuat dari bambu. Ho-ling juga diceratakan memiliki sebuah bukit yang ia namakan Lang-pi-ya. Beberapa sumber lain dari catatan Tionghoa menuliskan sebuah analisa tentang lokasi dari kerajaan Ho-ling ini. Ia menuliskan bahwa Ho-ling berlokasi di Jawa Tengah dan bahwa La-pi-ya menghadap ke arah samudra membuat lokasi Ho-ling jadi agak lebih mudah diketahui.
Raja atau ratu yang saat itu memegang kepala pemerintahan Ho-ling tinggal di kota bernama She-p’o, tapi Ki-yen kemudian memindahkan lokasi pemerintahan menuju P’o-lu-Chia-ssu. Menurut catatan, diperkirakan bahwa ada kebingungan yang meliputi masa-masa terakhir kerajaan Ho-ling atau Kalingga ini. Ada dua teori besar tentang hal ini, dimana teori yang pertama adalah ketika Sanjaya yang masih merupakan cucu dari Shima mengambil alih pemerintahan. Ia mengubah kerajaan Kalingga yang bercorak Buddha menjadi kerajaan Mataram yang memiliki corak hindu. Cerita lain tentang sejarah kerajaan Kalingga ialah tentang bagimana Patapan yang merupakan salah satu pangeran dari dinasti Sanjaya merebut kursi penguasa dan menjadi raja pada tahun 832, dimana Mataram terus menjadi pengemulasi aturan-aturan Sailendra.


DEFINISI DAN KONSEP GOTONG ROYONG



GOTONG ROYONG

     Gotong Royong merupakan istilah asli Indonesia dimana kata Gotong = Bekerja, dan Royong = Bersama.  Definisi Gotong Royong menurut kamus KBBI adalah bekerja bersama-sama, tolong-menolong, dan bantu-membantu. Gotong Royong dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan bersama-sama yang sifatnya sukarela agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar, terasa lebih mudah dan ringan. Seharusnya sikap atau kesadaran diri untuk Gotong Royong harus tertanam dalam setiap individu karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa melakukan semuanya sendirian dan terkadang membutuhkan orang lain bahkan banyak orang untuk membantunya mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain Gotong Royong merupakan dasar falsafah Indonesia. Sifat Gotong Royong  Adanya Gotong Royong dapat mempererat tali silaturahmi dan menimbulkan sikap kekeluargaan sehingga terbina rasa persatuan dan kesatuan nasional.
Menurut M. Nasroen sebagai Guru Besar Filsafat di Indonesia, konsep Gotong Royong telah ada sejak ribuan tahun silam di Indonesia. Konsep ini pula yang dipilih para penggerak bangsa untuk mempersatukan Indonesia merdeka. Salah satunya Bung Karno presiden pertama Republik Indonesia ini dalam gagasannya tentang Pancasila terinspirasi dari konsep Gotong Royong. Dalam bagian lain, menurut Soekarno dapat saja Pancasila itu diperas hingga menjadi satu dan kemudian dapat dikenal dengan sebutan Gotong Royong. Konsep gotong-royong ini merupakan konsep dinamis, bahkan lebih dinamis dari perkataan kekeluargaan. Sebab konsep gotong-royong ini menggambarkan suatu usaha, satu amal, satu pekerjaan secara bersama-sama. Gotong-royong adalah pembanting tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-bantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua dan kebahagiaan semua. Masuknya Agama Hindu Budha dan Islam, tak serta merta membuat tradisi ini lenyap begitu saja. Banyak acara-acara keagamaan yang malah disesuaikan dengan sikap kekeluargaan ini. Misalnya dalam acara tahlilan dan yasinan-yang merupakan akulturasi-semua warga berkumpul jadi satu untuk melaksakan ritual doa bersama yang secara langsung dapat menimbulkan keterikatan batin diantara mereka, hingga memunculkan sikap “ringan sama jinjing berat sama dipikul”.
Mngingat arus globalisasi yang kian lama kian merasuk dalam sendi-sendi kebudayaan, maka di butuhkanlah sikap idealisme dalam bersikap. Idealisme dalam hal ini yakni bersikap tetap berfikir susuai jati diri bangsa yakni kegotong-royongan, kekeluargaan. Kita tak bisa menahan arus globalisasi masuk, tapi kita tetap bisa menyesuaikan modernitas tersebut dengan budaya sendiri. Yang artinya kita tak boleh larut dalam euforia individualitas yang semakin marak belakangan ini.
Gotong Royong tidak hanya terjadi dalam suatu negara tapi terjadi juga dalam lingkup yang lebih universal seperti kondisi kehidupan bangsa-bangsa di dunia ini mengalami berbagai perbedaan potensi tingkat kehidupan. Kemakmuran dan kemiskinan berada dalam lingkup yang tiada batas (no limitation), perbedaan ini menyebabkan antarnegara saling tergantung dan membutuhkan dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya sehingga terjadi hubungan kerjasama diantara mereka.